Kiddonesia - Informasi Belanja Online dan Memilih Produk Anak & Keluarga Yang Tepat

Kepemimpinan Formal versus Kepemimpinan Informal

Pemimpin formal adalah dimana seseorang diangkat sebagai pemimpin kelompok, organisasi, atau negara. Yang termasuk dalam kelompok ini juga adalah CEO perusahaan, guru sekolah, kapten team olahraga, dan para pejabat yang diangkat atau kepala dalam suatu pemerintahan yang dipilih. Mengambil contoh di kepemimpinan formal dalam pemerintahan, kita melihat perkembangannya sangat kaku, kering, dan jauh dari ide-ide baru atau kepemimpinan baru. Yang muncul lebih banyak birokrat tulen dan bukannya pemimpin birokrat. Birokrat tulen umumnya memiliki paradigma minta dilayani, suka mengatur bukannya memfasilitasi, cenderung korup dalam bekerja, dan lebih sering memperlambat bukannya memprcepat proses pelayanan. Pemimpin dalam birokrasi (pemimpin birokrat) dalam sektor formal memiliki paradigm yang berlawanan dari sifat-sifat birokrat tulen tersebut, dimana lebih banyak terjun ke masyarakat (blusukan istilah yang dipakai oleh pers), melayani, memfasilitasi, semangatnya memperlancar palayanan, dan tidak sabaran ketika melihat ketidakberesan berlangung di depan mata.

Contoh Kepemimpinan Formal dan Informal

Joko Widodo (Jokowi) adalah contoh pemimpin sekaligus birokrat. Publik akan maklum bila mengetahui latar belakang Jokowi yang notabene adalah pemimpin dan wirausaha yang paham betul bagaimana dunia usaha telah membentuk karakter pribadinya untuk melihat orang lain sebagai klien yang harus dilayani, dan dipuaskan dengan layanan yang baik. Kepemimpinan Jokowi yang melayani dirasakan lebih tepat walaupun ia mempinpin sebuah institusi formal dengan mengesampingkan bentuk-bentuk penyelenggaran pemerintahan yang serba formalitas yang kaku. Kepemimpinan Jokowi ini akan dibahas secara khusus pada bagian akhir buku ini. Demikian pula Dahlan Iskan, sekalipun beberapa kalangan akhirnya nyinyir (sinis) dengan sepak terjangnya yang out of the box, dia adalah pemimpin yang sukses membesarkan beberapa perusahaan besar mulai dari media network (Jawa Pos News Network adalah jaringan media terbesar di Indonesia dengn 134 surat kabar, tabloid, dan majalah) sampai jaringan kabel laut internasional yang membentang antar negara ribuan kilometer panjangnya. Ketika gaya kepemimpinan itu dibawa ke dalam kepemimpinan formal dalam BUMN dan Kabinet, terjadilah culture shock, dimana banyak orang yang selama ini isi kepalanya birokratik total terbengong-bengong dan menganggapnya sebagai lebay dan menuduhnya untuk popularitas pribadi semata. Untuk apa dia mencari popularitas bukankah dia sudah sangat popular di dunia bisnisnya yang mempekerjakan ribuan orang? Dan parahnya masyarakat pun seakan belum siap dengan gaya kepemimpinan seperti itu dan ikut-ikutan memojokkan pemimpin sederhana yang juga lahir dari keluarga sangat sederhana ini.

Jokowi dan Dahlan adalah contoh pemimpin formal yang tahu bagaimana harus bekerja melayani rakyat. Kepemimpinan yang seperti mereka tunjukkan (coercive, affiliative, democratic, dan sedikit coaching) sebenarnya yang paling ideal untuk keadaan saat ini, dimana kita masih dalam keadaan terpuruk, bencana datang silih berganti, dan ketika eksekusi kebijakan seperti berjalan ditempat dengan arah yang tidak jelas. Semangat para pemimpin formal di pemerintahan negeri ini harusnya sama seperti mereka berdua. Ketika misalnya negara lain sudah mencanangkan dan berhasil menjadi negara dengan keunggulan tersendiri seperti Malaysia, Korea, Thailand, dan India yang sudah sukses dengan strategi yang jelas di sektor industri otomotifnya, Singapura sukses dengan konsep kepemimpinannya sebagai negara penyedia jasa terbaik di dunia, Indonesia malah masih berkutat dengan gizi buruk, bencana banjir, dan di tingkat kepemimpinan negara, kita bahkan tidak memiliki positioning keunggulan apapun! Kecuali angka-angka yang menunjukka ranking buruk dalam hal korupsi, transparansi, indeks lingkungan hidup, dan kemiskinan. Alangkah menyedihkan negara besar dengan potensi dahsyat tapi kehilangan kepemimpinan dan arah yang jelas.

Di sisi lain kita mengenal adanya pemimpin informal adalah dimana seseorang yang tidak secara resmi ditunjuk sebagai kepala kelompok, namun anggota kelompoknya membutuhkan dia sebagai motivator dan inspirator. Jadi sekalipun CEO dalam perusahaan sebagai pemimpin formal, tapi para karyawannya bisa saja mendapat pencerahan, motivasi, semangat, dan isnpirasi untuk mencapai tujuan dari seseorang karyawan lain yang tidak memiliki jabatan apapun dalam perusahaan. Karyawan tersebut adalah pemimpin informal yang mampu berbagi visi dan memiliki pengalaman dan keahian untuk membantu rekan-rekannya mewujudkan tujuan. Pemimpin seperti itu tidak berada dalam kepemimpinan formal tapi dianggap sebagai pemimpin bagi kawan-kawannya.

Kepemimpinan Formal dan Informal Oganisasi Olah Raga

Dalam team sepakbola hampir semua pemain bintang atau top scorer umumnya bukan sebagai kapten kesebelasan. Pemimpin formalnya adalah kapten tetapi pemimpin informal yang memberi inspirasi, semangat, dan harapan untuk selalu menang adalah pemain bintang mereka. Sebut saja klub Barca Spanyol yang sudah berusia 114 tahun itu, kini kaptennya adalah Carles Puyol, sedangkan pemain terbaik dunia Lionel Messi adalah penyerang. Klub sepakbola Chelsea yang juga sudah berusia lebih dari 100 tahun saat ini juga dikapteni John Terry, sedangkan pemain hebat seperti Juan Matta, dan Fernando Torres hampir tidak pernah menjadi kapten. Sama halnya dengan klub setan merah Manchester United yang kabarnya memiliki penggemar sebanyak 30 juta di Indonesia itu ternyata beberapa pemain bintangnya seperti Robin van Persie, Wayne Rooney, atau Rio Ferdinand, pada musim ini bukanlah sebagai kapten, karena kaptennya adalah Namanja Vidic. Tampak jelas bahwa kepemimpinan informal dalam sebuah team sepakbola menjadi lebih penting dibanding kepemimpinan dalam struktur formalnya. Hal tersebut dikarenakan dalam kepemimpinan informal, lebih tercipta kehangatan, keakraban, kepercayaan, dan totalitas pribadi dimana para pemain rela untuk mendukung mereka yang terbaik, yang lebih berpengalaman, dan memiliki ketrampilan lebih untuk menyelesaikan goal sebagai tujuan sebuah permainan. Mereka adalah para pemain bintang yang berperan secara efektif sebagai pemimpin informal.

Dalam organisasi yang sangat dinamis dan bergerak cepat seperti sebuah klub sepakbola, kepemimpinan formal harus diperkuat dengan kepemimpinan informal yang memungkinkan organisasi merespon secara cepat setiap tantangan yang harus dihadapi tanpa dibatasi oleh struktur yang kaku. Itulah kelebihan kepemimpinan informal. Sama halnya ketika sebuah organisasi bisnis ingin cepat merespon perubahan perilaku konsumennya, maka cara paling cepat adalah memberdayakan setiap karayawan aktif berperan sebagai konsumen karena mereka sebenarnya juga adalah konsumen akhir untuk produk yang dijual. Atau ketika sebuah organisasi politik (partai) ingin menggerakkan mesin partainya di tingkat daerah atau pada tingkat grass root, cara paling efektif adalah dengan memberdayakan pemimpin-pemimpin informal di tingkat akar rumput tersebut.

1 komentar:

  1. postingan yang bagus, sangat bermanfaat buat masukan saya sebagai pemimpin

    BalasHapus

Anti Spam is active for your trustworthy.